Moon Calculator merupakan aplikasi hebat karya Dr Monzur Ahmed yang dapat membantu kita untuk melakukan ru’yatul hilal. Aplikasi ini memiliki fasilitas tabel data tentang posisi bulan-matahari, penampakan posisi langit, tampilan pantulan bulan dalam jarak dekat, grafik librasi bulan dan global scan. Ru’yatul Hilal Wujudul Hilal Perbedaan Kriteria
Antara wujudul hilal dan rukyatul hilal masing-masing memiliki kriteria yang berbeda. Rukyatul hilal sendiri dapat dimaknai dengan “Bulan dapat terlihat” atau “Bulan memungkinkan untuk dilihat” jadi tidak perlu melihatnya langsung, asalkan secara hisab memang bulan memungkinkan untuk dilihat. Kriteria untuk wujudul hilal sudah aku jelaskan diatas, sedangkan untuk kriteria rukyatul hilal aku rangkum kurang lebih sebagai berikut:
Kriteria Rukyatul Hilal diatas adalah yang berlaku untuk wilayah Indonesia. Untuk wilayah di negara lain, bisa saja berbeda. Kriteria rukyatul hilal diatas, dalam moon Calculator masuk dalam kriteria Yallop 1997/8 (Bernard Yallop) Di Indonesia, perbedaan penetapan antara Wujudul Hilal dan Rukyatul Hilal ini terjadi apabila konjungsi matahari-bulan (ijtima’) terjadi antara pukul 8:30 hingga 12:30 WIB (1:30 UTC s/d 5:30 UTC). Jika ijtima’ terjadi diluar rentang jam tersebut, insyaallah penetapan wujudul hilal dan rukyatul hilal tidak berbeda. Misalkan untuk penetapan Zulhijjah 1428H, insyaallah tidak berbeda, karena ijtima pada bulan Zulqo’dah 1428H terjadi pada tanggal 10 Desember pukul 00:41 WIB. Screen shoot Moon Calculator 6.0
Yang (mungkin akan) ditanyakan
Untuk melakukan hisab atau pengukuran di perlukan titik toposentrik pengamatan. Pada pengukuran diatas, toposentrik aku ambil di 7°48′15″South 110°19′54″East yaitu wilayah Yogyakarta sebelah barat yang juga merupakan wilayah dekat rumahku. Di aplikasi Moon Calculator, Dr Monzur Ahmad hanya memberikan nilai koordinat hingga dalam batas menit, sehingga koordinat diatas dibulatkan menjadi 7°48′S 110°19′E. Kuantisasi ini jika dilihat menggunakan peta ternyata mencakup wilayah yang cukup luas 2,2 km2, dengan titik 7°48′S 110°19′E sebagai pojok kiri atas dan 7°48′59″S 110°19′59″E sebagai pojok kanan bawah, maka nilai-nilai perhitungan diatas bisa dibilang valid untuk wilayah tersebut. Untuk aku pribadi, aku tambahkan kriteria hilal harus lebih tinggi dari 15°, hal ini dikarenakan pada kisaran 10° ke bawah, di ufuk barat sini tertutup pepohonan, jadi perlu ketinggian yang lebih untuk melihatnya.
Untuk melakukan pengamatan bulan diperlukan perhitungan secara Toposentrik. Pada perihal tata surya ada istilah heliosentrik, dan dahulu kala dikenal istilah geosentrik. Apa itu Toposentrik? Toposentrik bisa diartikan sebagai tempat berpijak pengamat sebagai pusat pergerakan. Jadi dengan toposentrik, seolah-olah bulan dan matahari bergerak mengelilingi pengamat, jarak dan posisi benda langit ditentukan relatif terhadap pengamat. Dengan toposentrik ini maka akan didapat hasil yang sangat beragam tergantung pada dimana lokasi pengamat di muka bumi ini, karena dengan toposentrik inilah, misalnya, waktu sholat ditetapkan.
Ya.. oleh karena itu, diperlukan perhitungan terlebih dahulu agar proses melihat hilal dapat lebih mudah.
Saat tulisan ini dibuat, memang perhitungannya spesifik untuk wilayah Jogja Barat, dan aku cukup sadar, Indonesia ini adalah negara yang cukup luas. Data kalkulasi yang aku buat ini tentu tidak bisa mewakili data untuk seluruh Indonesia. Jadi untuk pastinya agar anda tahu bagaimana perhitungan hilal di daerah anda, silahkan coba sendiri Moon Calculator karya Dr Monzur Ahmed ini.
Dari data Dr Monzur Ahmed, diameter bulan rata-rata sekitar 31′5″ atau sekitar 0.518 derajat. Maka 2 derajat itu kira-kira 3-4 kalinya diameter bulan.
Aku masih belum mendapat artikel yang tepat tentang hal ini, tapi hal ini dimungkinkan karena pada ketinggian dibawah itu terjadi pembelokan cahaya karena pengaruh kelengkungan bumi, tekan udara dan gradasi termal di daerah tersebut. Proses pembelokan cahaya ini kira-kira dapat menyebabkan penampakan benda langit yang tingginya kurang dari 2° akan ngaco. Bisa tak terlihat, atau terlihat tapi tidak dengan bentuk yang semestinya
Karena adanya perbedaan gradasi termal dan tekanan udara, maka akan mengubah index bias udara. Index bias ini semakin besar jika makin mendekati ke ufuk. Hal ini mirip dengan gelombang yang merambat diatas permukaan bumi, jadi pada persinggungan langit dengan ufuk, cahaya yang melalui garis itu bisa dibilang cahaya dari belahan bumi yang berada di balik ufuk. Sama seperti halnya gelombang eletromagnet yang dipancarkan dengan sudut elevasi tertentu, gelombang itu tidak menembus keluar angkasa tapi justru terpantul kembali ke bumi oleh ionosfer.
ijtima’, konjungsi, Astronomical New Moon adalah istilah yang sama, yaitu merupakan peristiwa dimana matahari-bulan-bumi berada dalam satu garis. Ijtima’ yang kasat mata berupa gerhana Matahari, dimana matahari-bulan-bumi berada dalam satu garis yang berdekatan. Terlebih lagi pada gerhana matahari total, saat itu ijtima bener-benar-bener terletak pada satu garis lurus.
Hal ini dikarenakan lintasan orbit bulan yang tidak berada pada satu bidang. Jika digambarkan arah matahari-bumi sebagai sumbu X, dan arah rotasi bumi sebagai sumbu Y, maka sumbu Z adalah sumbu yang menembus kutub bumi. Pergerakan revolusi bulan ini juga bergerak dengan sumbu Z, sehingga kadang-kadang mendekati kutub utara, terkadang juga mendekati kutub selatan. Jika ijtima terjadi saat bulan ‘terlalu’ keutara atau ‘terlalu’ keselatan bumi, maka gerhana tidak akan terjadi. Misalkan saja saat Ijtima’ 11 September 2007 lalu, Ijtima ini juga bertepatan dengan gerhana matahari sebagian, dan yang mengalami gerhana matahari adalah daerah-daerah yang dekat dengan kutub selatan. Dalam setahun kira-kira terjadi dua kali gerhana matahari.
Azimuth ditentukan dari utara bumi sebagai 0 derajat dan bergerak searah jarum jam sehingga barat bumi sebagai 270 derajat. Azimuth benda langit dapat diketahui dengan menggunakan kompas bidik dengan menentukan nilai derajat yang terdapat pada kompas. Jika kompas yang digunakan belum mendukung deklinasi magnet bumi, menurut data Dr Monzur Ahmed, pada bulan Oktober 2007, utara magnet bumi terletak 1.113 derajat sebelah timur dengan utara bumi. Jadi, jika kompas yang digunakan belum mendukung deklinasi magnet bumi, untuk setiap pembidikan selalu kurangi dengan sudut deklinasinya.
Ada yang berpendapat begitu. Kalau aku sendiri mengikuti pendapat bahwa merukyah boleh menggunakan alat bantu optis secanggih apapun.
err.. menurutku tidak juga. Toh, secara kalkulasi kita dapat mengetahui bahwa yakin saat itu hilal dapat dilihat. Karena faktor kemampuan seseorang dan peralatan yang membuat seseorang kesulitan dalam melihat hilal. Melihat hilal itu termasuk aktifitas astronomi yang unik lho, karena selain hilal muda sering berada pada ketinggian rendah (kurang dari 20°) juga waktu pengamatan yang sangat terbatas (dari maghrib sampai hilal/bulan terbenam). Belum lagi karena faktor fase bulan yang kurang dari 3%, dan terlebih lagi jika ditambah kurang terbiasanya mengoperasikan alat bantu penglihatan astronomi (ketahuan kalau teropongnya cuman minjem :D).
Wah.. aku juga baru tahap belajar melihat hilal nih. Kalau begitu mari belajar sama-sama yuk
Nggak butuh terlalu tinggi kok, Moon Calculator ini dapat berjalan dengan spek komputer
Proses tertinggi (yang membutuhkan utilitas processor terbesar) yaitu pada fasilitas global scanning. Semakin detil dan luas wilayah yang di-scan untuk melihat kemungkinan penampakan bulan, maka utilitas yang dibutuhkan oleh processor juga makin tinggi.
Aku sudah mencoba, Moon Calculator ini dapat berjalan di mesin Linux dengan bantuan dosemu. Syarat spec sepertinya tidak jauh berbeda, hanya saja Moon Calculator ini perlu dijalankan di lingkungan X-window. Mungkin karena fasilitas drawing-nya yang menggunakan frame buffer yang menyebabkan Moon Calculator tidak mau berjalan dari tty. Entah juga jika tty-nya menggunakan frame-buffer, mungkin Moon Calculator ini bisa berjalan.
Hmm.. menurutku hampir sebagian besar distro dekstop bisa deh untuk menjalankan Moon Calculator ini. Asalkan jangan lupa, dosemu-nya diinstall dahulu.
Daripada repot-repot menjelaskan dan nanti bikin anda makin bingung, ini aku tempelkan saja perihal lisensi langsung dari Dr Monzur Ahmed..
Dr Monzur Ahmed sudah berbaik hati menyediakan manual Moon Calculator ini dalam format PDF dan plain-text. Jika masih bingung dengan istilah-istilah astronomi yang ada disana, jangan khawatir, Paman Google dan wikipedia selalu dengan senang hati membantu anda. |
Selasa, 25 Desember 2007
Moon Calculator 6.0 - Dr. Monzur Ahmed
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar